TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN
A.
PENGERTIAN KEPRIBADIAN
1. Pengertian kepribadian secara umum
Kepribadian (personality) bukan sebagai
bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian
merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku
social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak
maupun perbuatan. Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain
sebagai berikut
2. Pengertian kepribadian menurut pengertian
sehari-hari
Lambat laun kata persona (personality)
berubah istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima individu
dari kelompok atau masyarakat. Sehingga kemudian individu diharapkan akan
berperilaku sesuai dengan peran atau gambaran sosial yang diterimanya.
Pengertian ini biasanya muncul dengan ungkapan seperti: “Didi berkepribadian
pahlawan.” Atau “Dewi berkepribadian kartini sejati.” Disamping itu kepribadian
sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti
kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada
orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang
plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya
kepribadian”.
3. Pengertian kepribadian
menurut para ahli
a. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan,
ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu
akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi tertentu.
Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan
konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
b. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
Mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola
sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu
yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap,
maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapai situasi yang di hadapi.
c. Yinger
Kepribadian
adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
d. M.A.W Bouwer
Kepribadian
adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
e. Cuber
Kepribadian
adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh
seseorang.
f. Theodore R. Newcombe
Kepribadian
adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
Zaman ini, pada umumnya orang tidak dapat melakukan segala
sesuatu dengan kepribadianya sendiri tetapi kepribadian itu sangat di pengaruhi
oleh kebudayaan.
Salah satu contoh yang membuktikan bahwa kepribadian di
pengaruhi oleh kebudayaan adalah, dulu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak
pernah mengenakan pakayan seksi, sangat sopan santun ketika bertemu atau akan
melewati depan orang yang lebih tua dan sangat menjaga perasaan orang lain Hal
ini di laksanakan tampa ada peraturang namun dengan kesadaran daripada pribadi
seseorang. Tetapi yang kita temukan sekarang adalah, banyaka sekali
perilaku yang terjadi dan itu sangat bertentangan dengan kepribadian seseorang
pada zaman dulu, ini semua terjadi karena pemanasan global dan perkembangan
budaya atau pertukaran budaya antar suatu kelompok suku, bangsa, bahasa, dan
benua dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
B.
KEPRIBADIAN
ANAK
Kepribadian adalah
kumpulan karakter yang ada dalam diri setiap orang yang membedakan satu orang
dengan lainnya. Kepribadian
ini akan berpengaruh pada cara seseorang berpkir,bersikap dan bertindak.
Kepribadian diyakini telah ada dalam dirisejak lahir dan kemudian berkembang
dalam interaksi dengan lingkungan. Pembentukan gaya pribadi merupakan hasil
pengaruh dari percampuran dua factor,yakni genetic dan lingkungan.
Karenanya,hal tersebut bisa diamati sejak bayi. Selanjutnya perkembangan
karakteristik itu sangat bergantung pada respons lingkungan. Bila memberikan
respons positif, tentu saja gaya pribadi ini akan dipertahankan. Sebaliknya
bila negative,si individu cenderung akan menggunakan gaya pribadi dari pasangan
sebaliknya.
1. Ekstrover
(E): Si Banyak Bicara
Bila anda lebih memilih memerhatikan dunia luar seperti
orang-orang,kegiatan dan benda-benda,anda termasuk si ekstrover. Karena itu,para ekstrover mendapatkan energi dari
kebersamaan dengan orang lain dan ikut terlibat dalam kegiatan. Semakin sering
dilakukan,si ekstrover semakin bersemangat,energinya pun semakin besar. Hal
sebaliknya akan terjadi bila si ekstrover harus berada dalam situasi sendiri.
Mereka yang ekstrover terlihat dari cirri-cirinya yang ramah dan mudah
bergaul,antusias,menikmati interaksi,memahami dunia dengan mengalami,suka
bicara dan diskusi,bahkan kerap menuturkan pemikirannya lewat bicara,karenanya
dikenal sebagai si banyak bicara.
2. Introver(I):
Si Perenung
Sebaliknya bila focus perhatian anda adalah dunia di
dalam diri berupa konsep-konsep dan ide,anda termasuk si introver.Orang-orang
introvert mendapatkan energinya bila mereka diizinkan untuk sendiri dan
melakukan hal-hal yang terkait dengan perenungan atau pemikiran
sendiri.Interaksi dengan banyak orang sekaligus akan membuat si introvert
merasa kehabisan energi.Karena itu sikap-sikap yang tampak dari si introvert
adalah lebih suka melakukan segala sesuatunya sendiri,banyak berpikirsebelum
bertindak atau berbicara,lebih suka menuangkan pikiran dan perasaannya tanpa
bicara,dan menikmati kegiatan merenung,maka ia dikenal sebagai si perenung.
Meski saling berlawanan,pasangan dimensi ini saling membutuhkan. Ekstrover
membutuhkan introvert untuk melihat hal yang lebih mendalam dari suatu konsep dan
memikirkan segala kemungkinan sebelum bertindak. Sementara introvert
membutuhkan ekstrover untuk dapat lebih cepat bertindak dan melakukan banyak
hal sekaligus.
C. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra
sadar (Preconscious),
dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar
adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan,
persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan
alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu
apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan yang sudah tersedia’ (available memory),
yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar,
kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat
mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam
bawah sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang
sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta
segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya,
seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.
Id (Is
[Latin], atau es [Jerman]) Id adalah kepribadian yang dibawa sejak
lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi
semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id
berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas
yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses
fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan
sistem dari struktur kepribadian lainnya. Id beroperasi berdasarkan prinsip
kenikmatan (pleasure
principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari
rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau
tingkat energi yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi
yang mendambakan kepuasan. pleasure principle diproses dengan du acara, tindak refleks
(refllex actions)
dan proses primer (primary
process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak
lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang
sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi
membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau punting ibunya.
Id hanya
mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan
kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi
harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini
lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
The Ego (Das Ich [Jerman]), ego
berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut
Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai
ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Ego adalah
eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki
dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau
insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua,
menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi
kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego.
Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki
enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.
The Superego (Das Ueber Ich[Jerman]), adalah kekuatan moral dan etik dari
kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle)
sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti
ego dia tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di
tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak
dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang
dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan
kenikmatan).
Prinsip idealistic mempunyai dua
subprinsip, yakni conscience
dan ego-ideal.
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua
atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada
anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience),
yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,
dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau
ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses pengembangan konsensia dan ego ideal, yang
berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection).
Sesudah menjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam
menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah
dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego;
(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan
moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.
D. PENGERTIAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Kata personality
dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang
artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu
bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah
topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality
(pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan
social atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh
lingkungan sosial.
Ada beberapa
kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim kata
personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di dalam teori
kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara
lain :
·
Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara
deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
·
Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun
implisit.
·
Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan
sampai sekarang belum berubah.
·
Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan
erat dengan determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
·
Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap
kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
·
Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam
kelompok stimulasi yang lebih terbatas.
·
Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang
untuk stimulus yang sama pula.
Sampai sekarang, masih belum ada batasan
formal personality yang mendapat pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan
ahli kepribadian.
Masing-masing pakar kepribadian membuat
definisi sendiri-sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus
analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh
definisi kepribadian:
E.
MEMBENTUK KEPRIBADIAN DIRI
Kepribadian dalam diri individu, baik ataupun buruk,
dibentuk oleh beberapa factor. Menurut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika, ada
tiga faktor manpengaruhi pembentukankepribadian seorang individu, yaitu faktor
biologis/fisik, psikologi/kejiwa an,
dan sosiologi/lingkungan.
Faktor biologis/fisik
adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di dalam diri seorang individu.
Contoh, seseorang yang dilahirkan dengan cacat fisik atau penampilannya kurang
ideal, pasti ia akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul, dan sifat minder
lainnya. Ataupun sebaliknya.
Warisan biologis adalah semua hal yang di terima
seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan
dari kedua orang tua . Contohnya : ayah Darwin adalah seseorang yang tidak suka
banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tampa di sadari di
miliki juga oleh anaknya Samuel. Contoh lainya adalah ayah otis adalah seorang
yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis otispun akan bertumbuh ke
hal yang sama.
Menurut sosiolog itu, faktor psikologi/kejiwaan, adalah suatu factor yang membentuk suatu
kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah, pemalu,
agresif, dan lain-lain. Contoh, temperamen pemarah jika dipaksa atau didesak
untuk melakukan sasuatu yang tidak ia sukai, maka akan memuncak amarahnya.
Faktor sosiologi/lingkungan,
adalah suatu faktor yang membentuk kepribadian seorang individu sesuai dengan
kenyataan yang nampak pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat
sekitarnya tempat ia berpijak. Contoh, seseorang yang lahir di lingkungan yang
penuh solidaritas, pasti orang tersebut akan mempunyai kepribadian solider atau
sikap pengertian terhadap sesama.
Pengaruh lingkungan atau fisik terhadap
kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan factor- factor lainya.
Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
Ada pepatah mengatakan, “Jika kita hidup di kehidupan
yang nyata dan jika menyelaminya pasti akan terbawa arus”. Jadi, jika seseorang
hidup dalam beberapa factor pendukung pembentukan kepribadian tersebut, baik
faktor tersebut memenuhi syarat maupun tidak, pasti sangat berdampak pada
terbentuknya kepribadian individu tersebut.
Lingkungan Pertama Utama
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan
dengan anak adalah orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang
tinggal serumah. Melalui lingkungan pertama, anak mengenal dunia sekitar dan
pola pergaulan sehari-hari.
Agar proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak
menjadi baik, lingkungan pertama, khususnya orang tua, harus mengusahakan agar
anak-anaknya selalu dekat dengan orang tua; memberikan pengawasan dan
pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan; mendorong
anak agar dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang
pantas dan tidak pantas; memperlakukan anak dengan baik; dan menasihati
anak-anak jika melakukan kesalahan atau kekeliruan
Berhati-hatilah
dalam membimbing anak. Sebab, apabila terjadi sesuatu yang berbeda dengan
hal-hal itu, anak-anak akan mengalami kekecewaan. Sebuah kekecewaan yang bisa
jadi begitu mendalam. Rasa kecewa ini bisa terjadi lantaran orang tua kurang
memperhatikan anak-anaknya, karena terlalu sibuk; orang tua terlalu memaksakan
kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman sanksi, sehingga akan
dirasakan oleh anak cukup berat, dan akhirnya anak akan menjadi tertekan
jiwanya
Teman
Bermain
Dalam lingkungan bermain, seorang anak belajar
berinteraksi dengan orangorang yang sebaya. Pada tahap ini anak mempelajari
aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dalam
kelompok teman bermain ini anak mulai mempelajari nilai-nilai keadilan. Pada
usia remaja, kelompok sepermainan itu berkembang menjadi persahabatan yang
luas. Perkembangan itu, antara lain, disebabkan oleh remaja yang bertambah luas
ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan
kepribadian remaja adalah mereka merasa aman dan merasa dianggap penting dalam
kelompok persahabatan; dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan;
mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir,
tertekan, gembira, dsb, yang mungkin tidak didapatkan di rumah.
Selain itu, mereka dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupan kelak; dan dapat
bersikap dewasa karena pada umumnya kelompok ini mempunyai pola perilaku dan
kaidah-kaidah tertentu.
Disamping peranan positif, ada pula kemungkinan timbulnya
peranan negatif. Misal, melalui kelompok persahabatan yang dinamakan geng. Geng
adalah kelompok sosial yang mempunyai kegemaran berkelahi atau membuat
keributan. Bahkan tak jarang mereka terbuai oleh minuman keras dan obat
terlarang. Kemungkinan terjadinya peran negatf senantasa harus ducegah, baik
dari orang tua, guru dan siapa saja yang merasa bertanggung jawab atas masa
depan yang baik dan benar bagi para remaja.
Sosialisasi
Sekolah
Sekolah adalah tempat anak mempelajari hal-hal yang baru
dan mulai membentuk suatu kepribadian pada diri mereka.
Di sekolah, seorang siswa akan mendapatkan pengajaran dan
keterampilan yang bersifat positif. Tetapi, lingkungan sekolah yang kurang baik
justru akan dapat mempersubur proses pengembangan kepribadian anak yang
bersifat negatif.
Tidak semua sekolah memiliki kemampuan untuk melaksanakan
proses pembekalan dalam anak didiknya dengan baik. Karenanya, selain guru,
dalam proses pendidikan peran orang tua sangat besar. Mereka dapat mempengaruhi
dan membentuk kepribadian anak terbentuk oleh pengarahan lingkungan terhadap
perilaku anak dari waktu ke waktu secara terus-menerus, termasuk sekolah
sebagai lingkungan kedua tempat anak berinteraksi dan mengembangkan
kemampuannya.
F.
PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Proses pembentukan watak, karakter, perilaku dan sifat
seseorang sebenarnya telah terawali ketika masih didalam kandungan.Ketika ibu
mengandung bayi, saat itulah kontak batin dan lahiriah antara sang ibu dengan
sang bayi sedang berlangsung.Ketika sang ibu berkata-kata kotor, suka memfitnah
maka kontak batin itu telah tersalurkan kedalam diri sang bayi.
Ketika sang bayi telah terlahir, mulailah ia berinteraksi
dengan lingkungan di mana ia berada. Pada saat ini pula, peran orang tua masih
dominan terhadap perkembangan anaknya itu. Anak yang selalu dibimbing dengan
akidah, akhlak yang baik tentunya akan memiliki perilaku yang berbeda dengan
anak yang dibiarkan begitu saja mengikuti apa yang ada disekitarnya.
Ketika sang anak sudah menemukan teman sepermainan ( masa
kanak-kanak), disinilah pengaruh yang diberikan oleh teman sepermainan akan
mulai ikut mewarnai perkembangan kepribadian sang anak tersebut. Bila ia
berinteraksi dengan anak-anak yang jauh dari nilai-nilai agama maka ia akan
dengan mudah meyerap perilaku tersebut. Pada masa kanak-kanak ini proses
imitasi dan identifikasi sangat menonjol dalam respon yang dilakukan oleh sang
anak tersebut. Pada masa ini proses untuk menilai, mengontrol, memfilter belum
dimiliki oleh sang anak tersebut. Maka pandai-pandailah orang tua dalam
mengarahkan dan membimbing anaknya secara selektif untuk mencari teman
sepermainannya. Bila proses imitasi dan identifikasi yang negative lebih
dominan maka akan terbentuk karakter anak yang negative pula.
Ketika memasuki masa remaja, peran orang tua mulai
“tergantikan” oleh peran sosialisasi yang lain. Ketika masa kanak-kanak telah
terbentuk karakter yang negative maka pada masa remaja ini karakter negative
tersebut akan tumbuh subur ketika ia menemukan teman bermain yang
“setipe”karakternya.Pada diri anak akan mulai muncul konsep dalam pikirannya
bahwa dirinya telah tumbuh lebih dewasa dan berhak untuk bertindak sesuai
dengan kehendak hatinya.
Pada tahap ini , walaupun peran orang tua mulai
berkurang, namun sikap bijak dari orang tua masih sangat dibutuhkan untuk
mengarahkan perilaku anaknya. Orang tua masih memiliki kewenangan untuk
memberikan action kepada anaknya untuk dapat berperilaku yang baik.Jangan
sampai orang tua lepas tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian kepada
anaknya dan hanya menyerahkan kepada pihak sekolah.
Memasuki pada masa dewasa maka seseorang telah
memilih/memiliki bentuk dari watak,sifat , karakter dan perilakunya.
Pembentukan karakter ketika dewasa ini sebenarnya telah terawali dari semenjak
didalam kandungan,masa kanak-kanak, masa remaja dan akhirnya mengkristal pada
diri individu pada usia dewasa. Pada masa ini bila telah terbentuk watak yang
negative maka sulit sekali untuk melakukan perubahan karena watak tersebut
telah terinternalisasi ke dalam diri pribadi seseorang. Pada tahap ini
seseorang telah dengan sadar memiliki karakter yang dipilihnya/dimilikinya dengan
berbagai konsekuensi /akibat dari sifatnya yang bermuara pada tindakan
sosialnya. Misalnya seseorang telah memilih karakter sebagai seorang pencuri,
maka ia telah menyadari bahwa tindakan mencuri akan memiliki konsekuensi yang
akan ditanggungnya, misalnya dikucilkan masyarakat, masuk penjara bahkan
dihakimi masa sampai meninggal. Pada masa dewasa ini, seorang individu memiliki
hak sepenuhnya terhadap diri pribadinya untuk di bawa kemana. Pada diri seseorang akan terjadi pergulatan antara sifat
yang baik dan sifat yang buruk. Bila bekal menuju dewasa lebih dominan yang
buruk maka pertarungan antara yang baik dan buruh akan dimenangkan yang buruk (
% lebih besar ) dan sebaliknya, ketika bekal menuju dewasa lebih dominan yang
baik maka pergulatan dalam diri pribadi akan dimenangkan oleh sifar/karakter
yang baik. Oleh karena itu peran aktif dari orang tua untuk membentuk karakter
anaknya.Hendaknya orang tua dapat memberikan contoh /tauladan dan perilaku yang
baik sehingga anak akan teridentifikasi berperilaku baik karena mencontoh
perilaku orang tuanya.Disamping itu peran individu, dan lingkungan sosial lebih
luas sangat-sangat mempengaruhi pembentukan watak/kepribadian seseorang.
Apalagi bagi remaja ( SMP dan SMA ) tantangan kehidupan sekarang ini semakit berat.Sekarang
begitu mudahnya seorang remaja untuk mengakses berbagai informasi.Manfaatkan
kemajuan iptek secara arif dan bijaksana. Bila proses sosialisasinya terhadap
informasi yang negative maka ujung-ujungnya sudah dapat ditebak ( misalnya,
kasus miras, narkoba, free sex dan pemerkosaan, pornoaksi dan pornografi banyak
dilakukan oleh kalangan remaja ).Pandai-pandailah remaja untuk mensikapi
perkembangan iptek yang semakin “maju”.Jangan sampai salah melangkah yang
tentunya akan berakibat buruk dikemudian hari.
Sifat yang menunjang
pembentukan kepribadian dan peranan guru dalam rangka menumbuhkembangkan
kepribadian
Berikut ini beberapa sifat yang menunjang pembentukan
kepribadian menyenangkan dan peran guru di sekolah dalam rangka
menumbuhkembangkannya:
1.
Ambisi,
dalam pengertian positif adalah kadar kemauan anak untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya. Guru harus membantu anak didik menentukan sasaran keberhasilan
sesuai dengan kemampuannya agar anak didik berprestasi tanpa risiko frustrasi.
2. Asertif, ketegasan atau kemampuan untuk memutuskan atau
memilih secara mendiri. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk mengekpresikan dirinya dan membuat keputusan. Seperti
mengekpresikan hobinya dan memilih ekstrakulikuler yang disenanginya.
3.
Antusias, kepribadian yang selalu
bersemangat dalam menuntaskan/menyelesaikan hal-hal yang menjadi keinginannya.
Guru harus selalu mengajak anak didik untuk mengamati keberhasilan dan
menyoroti semangat juang orang-orang atau teman-temannya yang telah berhasil. Guru juga harus mengusahakan anak didiknya berada di
lingkungan yang penuh semangat.
4.
Percaya
diri, kepribadian yang mengutamakan kepercayaan terhadap kemampuan diri dan
membentuk kemandirian. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan sesuatu dengan kemampuannya sendiri dan selalu memberikan pujian atas
keberhasilan atau kemajuan terhadap prestasi yang diraihnya.
5.
Mau
bekerja sama. Kepribadian yang mengarah kepada keinginan untuk membangun kerja
sama dengan teman-temannya. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak
didiknya untuk mengerjakan tugas-tugas di sekolah secara berkelompok atau
bersama-sama dan tunjukkan penghargaan terhadap hasil kerjanya.
6.
Berbesar
hati, kemampuan untuk mengakui kelemahan/kekurangan diri dan bisa memaafkam kesalahan
orang lain. Guru harus memberikan contoh dan pengarahan kepada anak didik
tentang cara-cara menerima kekalahan/kelemahan diri dan bagaimana cara
mengekspresikan kemenangan tanpa merendahkan orang lain.
7.
Kontrol
diri. Kemampuan untuk mengontrol diri terhadap situasi atau kondisi yang
dialaminya. Guru harus membantu anak didik untuk mengindentifikasi penyebab
permasalahan yang dialami anak didik. Memberi contoh dan membimbing anak
tersebut untuk mengontrol emosinya.
8.
Tidak
mudah putus asa. Pribadi yang gigih dalam berjuang dan berusaha, baik dalam
belajar maupun dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Menghadapi kesulitan
sebagai hal yang harus diselesaikan bukan suatu hal yang harus dihindari. Guru
harus mengenalkan cara-cara menghadapi kesulitan walaupun tidak selalu membantu
secara total semua kesulitan anak didiknya.
9.
Gembira.
Kemampuan untuk selalu menciptakan suasana gembira dalam setiap hal. Guru harus
mampu menciptakan dan mengembangkan suasana kegembiraan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar-mengajar.
10. Humoris. Mampu menciptakan suasana ceria dalam setiap
pertemuan dan mampu menyikapi suatu hal dari sisi positifnya. Guru harus selalu
mencoba menciptakan suasana ceria dalam setiap pertemuan
11. Menunjukkan simpati. Memupuk kebiasaan untuk merasakan
hal-hal yang dirasakan orang lain, mengasah kemampuan melakukan empati terhadap
permasalahan sehingga menjadi pribadi yang penuh perhatian terhadap lingkungan
dan teman-temannya. Guru harus sering-sering mengajak anak didik berkomunikasi
tentang perasaan kita, perasaannya, dan perasaan orang lain. Beri anak didik
kesempatan untuk melatih daya imajinasinya dengan demikian anak didik akan
mampu membayangkan bagaimana bila mereka berada dalam kondisi orang lain yang
kurang beruntung dalam hidupnya sehingga dapat melatih empatinya.
G.
Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat
dan Tidak Sehat
Hingga saat ini, para ahli
tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi
dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya
yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata
kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964)
mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang
bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari
dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa
kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan
individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif
dan afektifnya yang
saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau
perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian
individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,
diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl
Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan,
teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi
Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson,
teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin
(2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup
:
1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif,
negatif atau ambivalen
4.
Stabilitas
emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih,
atau putus asa
5.
Responsibilitas (tanggung jawab),
kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri
kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau
justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003)
mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut
:
Kepribadian yang sehat :
1.
Mampu menilai diri sendiri
secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan
kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2.
Mampu menilai situasi secara realistik;
dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara
realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan
itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu
menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan
yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh
atau mengalami superiority
complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan
hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.
4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir,
dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya,
dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak)
7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam
setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan
dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati
terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai
orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain,
tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan
sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan
filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan,
yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection
(kasih sayang)
Kepribadian yang tidak sehat :
1.
Mudah marah (tersinggung)
2.
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang
usianya lebih muda atau terhadap binatang
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingati atau dihukum
6.
Kebiasaan berbohong
7.
Hiperaktif
8.
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9.
Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
10.
Sulit tidur
11.
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya
bukan faktor yang bersifat organis)
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14.
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
15.
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam
menjalani kehidupan
Tips
meningkatkan kepribadian
·
Tetaplah
tersenyum.
Usahakan tetap tersenyum betapa pun anda memiliki hari-hari
yang tidak menyenangkan. Hal
ini mungkin terasa seperti
terpaksa saat itu tapi anda kemudian akan terheran-heran begitu besar senyum
dapat meningkatkan spirit anda.
·
Pandai
mengontrol diri.
Ekspresi wajah merupakan salah satu tanda yang
menggambarkan perasaan anda
yang paling mudah dikenali. Upayakan ekspresi mimic muka anda netral sekalipun
ketika anda tengah marah atau stress dan jangan biarkan dahi berkerut karena
kerutan itu perlahan-lahan akan membuat
anda tampak lebih tua.
·
Tetap
berkomunikasi
Menutup dan menolak berkomunikasi secara emosi hanya
bakal membuat masalah lebih runyam jika hari-hari anda tetap penuh dengan
kegelisahan dan ketegangan. Tidak masalah apapun situasinya, cobalah membuat
segala sesuatu mudah dan teratur dengan membiarkan berkomunikasi kepada teman
atau rekan kerja anda.
·
Rasakan
perasaan orang
Pikirkan bagaimana anda ingin diperlukan orang lain
sebelum Anda memuntahkan perasaan kesal kepada orang lain. Tak ada seorang pun
di sekitar anda yang ingin menjadi objek cemberut anda. Jika anda tidak ingin
diperlukan seperti itu, jangan memberlakukan orang lain seperti itu.
·
Miliki rasa
humor
Seberapa
pun beratnya hari-hari anda, cobalah untuk tidak menghilangkan perasaan humor.
Tertawa itu baik bagi jiwa dan membantu membuat orang di sekitar anda merasa
lebih baik dan tujukan Anda memiliki kepribadian baik.