Rabu, 09 Januari 2013

Hakekat Pembelajaran



PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian :
1.      Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)
2.      Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar. (Hasibuan J.J,1992)
3.      Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne)
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi (Knirk & Gustafson dalam Sagala, 2005). Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005). Pembelajaran (pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng dalam Uno, 2006).
Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami barbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas (Bruner dalam Sagala, 2005)
            Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegaitan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidikan dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peseta didik.
Dalam proses, pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.          
Secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.
            Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
            Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
            Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
            Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
            Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
            Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen : 1). Siswa; 2) Guru; 3) Tujuan; 4) Isi Pelajaran; 5) Metode; 6) Media; dan 7) Evaluasi

B. Teori-Teori Pembelajaran
1. Berhavioristik
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
2. Kognitivisme
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.
3. Humanistic
Dalam pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
4. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsure utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, iaitu pemerhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement) motivasi (motivion). Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut:
  • Penyampaian harus interktif dan menarik
  • Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
  • Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.

C. Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
1)      siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2)      guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3)      aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4)      guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
5)      orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
6)      guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
1)      Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
2)      Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
3)      Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
4)      Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a)      Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b)      Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, dapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
·         Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
·         Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.

Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing

D. Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan  bentuk  kegiatan  pembelajaran yang  digunakan, dapat dibedakan tiga pola dasar pembelajaran, (1) pola  presentasi,  (2) pola interaksi, dan (3) pola pembelajaran mandiri  (Depdikbud-Dikti,1980:45-46).
 1. Pola Presentasi
Pola  presentasi  dapat diaktualisasikan  melalui  penggunaan metode ceramah, penggunaan teks yang mengharuskan siswa membaca, penggunaan transfaransi, multi media, dan opaqeu proyektor.  Inti dari pola presentasi adalah siswa bertindak selaku reseptor  atas sejumlah  informasi  yang  disajikan guru  baik  langsung  maupun melalui perantaraan media.
 2. Pola Studi Independen
Pola kegiatan pembelajaran individual menuntut siswa  belajar secara individual dengan membaca text, pemecahan problem, membuat laporan tertulis/paper, menggunakan perpustakaan, kerja di  laboratorium, dan sebagainya.
 3. Pola Interaksi
Pola  kegiatan belajar melalui interaksi guru siswa dan  atau siswa-siswa, secara positip melalui diskusi, tanya jawab, seminar dari  hasil suatu proyek individual atau laporan-laporan  ilmiah, dan sebagainya. Variasi Pola pengaturan Pembelajaran Pola pengaturan pembelajaran dapat dikenakan pada unsur-unsur tertentu dari variabel-variabel yang membentuk perwujudan proses pembelajaran.  Pola pengaturan pembelajaran yang dimaksud  adalah  sebagai berikut.
  1. Pola Pengaturan Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan  Jenis klasifikasi ini dapat  ditemukan  beberapa macam pola  pembelajaran berikut 
a. Pola  Pembelajaran  dengan  Seorang  Guru.
Pola kegiatan pembelajaran dalam klasifikasi ini ditandai oleh kegiatan dimana proses belajar-mengajar dipimpim hanya oleh  seorang  guru. Dalam mana guru  bertindak sebagai  fasilitator, motivator, manajer dan evaluator  kegiatan pembelajaran.  Semua tindakan mengajar menjadi tanggung  jawabnya secara penuh. Mulai dari perencanaan pelaksanaan  hingga penilaian dilaksanakan  oleh  seorang guru. Dalam bentuknya  yang  ekstrim, guru merupakan satu-satunya, pemegang tunggal suatu kelas tertentu,  yang  sering dikenal dengan istilah  guru  kelas.  Sedangkan dalam bentuknya yang lebih longgar, guru mempunyai tanggung jawab bidang studi tertentu saja, sesuai dengan bidang keahkliannya. 
b. Pembelajaran Melalui Team
Pola pembelajaran dalam  kategori ini, pembelajaran untuk suatu topik  tertentu dilaksanakan  oleh  sejumlah  guru.  Pelaksanaan  terdapat variasi  teknik. Guru dalam suatu team merupakan team  yang  utuh dalam arti pertemuan pembelajaran tertentu, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian untuk suatu topik pembelajaran, digarap bersama  oleh  team yang bersangkutan. Sedangkan  dalam  variasi  lain setiap  anggota  dari team tersebut mempunyai tugas  dan  peranan masing-masing. Terdapat pembagian tanggung jawab tertentu. Setiap anggota team melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang  dibebankan padanya.
2. Pola Pengaturan Siswa  dalam Proses Belajar.
a. Pola Pembelajaran klasikal
Pola kegiatan pembelajaran klasikal merupakan suatu  pembelajaran  yang diperuntukkan kepada sejumlah anak dalam  satu  kelas tertentu. pembelajaran ini berangkat dari kesamaan-kesamaan  yang dimiliki oleh anak.  Dengan demikian pembelajaran ini  mengabaikan bentuk   perbedaan individual anak. Dalam suatu kelas  yang  sama guru memperlakukan anak secara sama untuk materi yang sama  dalam waktu  yang sama pula. Guru menghendaki pencapaian tujuan  secara sama pula, sehingga pembelajaran meningkat untuk anak-anak secara bersamaan. 
b. Pola Pembelajaran Kelompok Kecil (5--7 anak)
Berbeda dengan pola klasikal, dalam pola kegiatan ini  pembelajaran  diperlakukan untuk sejumlah anak dalam  kelompok  kecil. Suatu kelas yang besar dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil  (5-7 anak)  untuk menyelesaikan suatu  tugas  kontrol  terhadap individual  lebih baik, dibanding dengan bentuk klasikal.  Tugas-tugas dapat diselesaikan secara komplementer, dapat juga  seluruh kelompok mempunya tanggung jawab tugas yang sama.  
c. Pola Pembelajaran Individual atau Perorangan
Secara mandiri siswa menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepadanya oleh guru. Di sini siswa bekerja sendiri  misalnya dengan membaca buku, memecahkan masalah, menyusun laporan  mengadakan  eksperimen menggunakan laboratorium, ke  perpustakaan  dan sebagainya. Kontrol guru terhadap kemajuan siswa secara individual sangat efektif.
3. Pola Pengaturan Hubungan Guru - Siswa
Dilihat dari segi hubungan guru- murid, dapat dilihat beberapa bentuk pola kegiatan mengajar. 
a. Pola Kegiatan Pembelajaran Tatap muka
Kegiatan pembelajaran dalam pola ini terjadi secara  face  to face,  antara  guru dengan murid. Guru mengikuti  belajar  siswa. Guruberceramah, tanya jawab atau menstimulasi dengan tugas-tugas kepada  siswa.  Berbagai kesulitan siswa,  guru  dapat  memonitor dengan  segera. Guru sebagai partner dalam kegiatan belajar  bagi siswa dan sekaligus sebagai sumber belajar.
 b. Pola Kegiatan Pembelajaran dengan Perantaraan Media 
Penemuan-penemuan  pembaharuan dibidang teknologi  pembelajaran,   tidak menafikan kemungkinan kegiatan pembelajaran tanpa kehadiran guru secara tatap muka. Guru harus hadir di  tengah-tengah kegiatan siswa hanyalah alternatif. Kegiatan belajar siswa dapat terjadi hanya dengan media-media  yang  dimanfaatkan guru. Segala  instruksi  kegiatan belajar  didesain  melalui media cetak atau yang  lain,  sehingga kegiatan belajar siswa tinggal mengikutinya, melalui paket  belajar  dengan  pola kegiatan individual,  siswa  tidak  mendapatkan kontrol langsung dari guru pada saat proses belajar terjadi. Buku modul  telah  diberikan berbagai petunjuk kerja  serta  peralatan yang  harus  dikerjakan siswa dalam proses  pembelajaran.  Bahkan sampai pada suatu waktu yang harus digunakan untuk  menyelesaikan tugas-tugas  telah didesain dalam buku modul  tersebut.  Teaching machine dapat dengan cepat memberikan umpan balik, apabila  siswa salah dalam menyelesaikan tugas.  Keterangan diatas  menggambarkan bentuk  pembelajaran  di mana guru tidak ikut terlibat  di  dalam kegiatan langsung dengan proses belajar siswa. 
4. Struktur Peristiwa Pembelajaran
a.Pola Struktur terbuka
Luasnya  struktur peristiwa pembelajaran sebenarnya  bersifat kontinum  mencakup dari terbuka sama sekali sampai yang  tertutup sama sekali. Broudy,  Smith  dan  Burnes  dalam  Depdikbud-Dikti (1980:60), menyebutkan pola terbuka adalah pola tanpa struktur dan membutuhkan cara berpikir adventurous karena guru sedikit sekali memberikan  informasi  sebagai tuntunan, dan  siswa  menentukan  caranya sendiri 
untuk  memperoleh pengetahuan.  Pola  ini  kadang-kadang disejajarkan dengan pola yang berkadar penyuluhan minimal.  Dalam hal ini seorang gurudapat mengajukan problem untuk  diselesaikan siswa tanpa bimbingan guru lebih lanjut.
 b. Pola Struktur Tertutup
Kebalikan dari pola terbuka, adalah pola tertutup sama  sekali. Pola yang sama sekali tertutup menunjukkan suatu respons yang implisit di dalam situasi itu sendiri. Struktur  peristiwa-peristiwa pembelajaran demikian dapat bersifat ketat dalam arti segala sesuatunya telah ditentukan oleh guru. Dilihat dari kadar  penyuluhannya,  dapat bersifat maksimal. Guru telah memberikan  tuntunannya pada setiap tingkah laku yang diperbuat siswa. Kenyataan  bahwa bila berbicara mengenai suatu  kontinum  ini berarti  diantara  pola yang terbuka sampai  pola  tertutup  sama sekali,  terdapat  variasi pola yang sejajar dengan  garis  lurus suatu kontinum tersebut.                               
 5. Pola Peranan Guru dalam Pengelolaan Pesan
Kalau  Broudy, Smith  dan  Burnes  berbicara kontinum  tentang terbuka  sampai  tertutup, Jerom S. Bruner  membedakan  kontinum antar mengajar ekspositori dan heuristik atau hipotetik. 
a. Pola ekspositori
Melalui pola ini pengetahuan yang diperuntukkan dalam  proses pembelajaran telah dipersiapkan secara tuntas oleh guru,  sedangkan  siswa  tinggal  menerimanya. Dalam  pola  ekspositori,  guru adalah  melulu  seorang pencerita atau ekspositor,  sedang  siswa seorang  pendengar  yang terikat bangku  atau  penerimaan  dengan positif.  Ekspositor  adalah suatu penguraian  dan  dapat  berupa bahan tertulis atau presentasi verbal. Dalam pembelajaran ekspositori  kadang-kadang disebut pembelajaran deduktif,  siwa  adalah penerima dari bagian ilmu pengetahuan melalui presentasi ekspositori guru.
 b. Pola Heuristik atau Hipotetik
Pola  pembelajaran yang mengharuskan siswa  mengolah  sendiri bagian  pengetahuan  (pesan)  untuk  dimiliki  sendiri  dinamakan heuristik  atau hipotetik. Dalam pola hipotetik, guru  dan  siswa berada  dalam hubungan yang kooperatif, siswa  memainkan  peranan yang aktif  di dalamproses memperoleh informasi, rumusan hipotesis-hipotesis  dan  mengevaluasi informasi itu.  Dengan  heuristik, guru  pertama-tama  mengarahkan perhatian siswa  kepada  beberapa data  yang terpilih, sedang siswa membuat suatu  kesimpulan  dari data  tersebut. Di dalam heuristik, guru  tidak  menginformasikan pengetahuan,  melainkan menuntun atau mengarahkan  saja  sehingga siswa  menemukan sendiri. Dalam pola heuristik terdapat  sub-pola yaitu dicavery dan inquiry. Perbedaan yang jelas antara discovery dan  inquiry  adalah  terletak pada belajar  yang  disiapkan  dan belajar  dengan  kebebasan. Dalam discavery,  guru  mempersiapkan situasi  belajar  itu sehingga kepada  siswa  disuguhkan  kondisi belajar yang dapat menyadarkan siswa dengan
sepenuhnya. Dalam hal ini  discovery  menggunakan  prosedur  terkontrol  agar  tercapai hasil-hasil yang telah ditetapkan  sebelumnya.  Pola  inquiry  berbeda secara kontinum dengan pola diskoveri. Pola Inkuiri, proses belajar terbuka secara  lebar,  siswa  sendiri mengontrol proses dari pengumpulan data, analisa dan eksprimentasi.  Siswa bebas mengatur belajarnya sendiri.  Siswa  mendapatkan bagian pengetahuan bebas dari campur tangan guru. 
6. Pola Pengorganisasian Pesan
a. Pola Induktif
Dalam arti yang paling murni, Induktif adalah proses penalaran  yang beranjak dari suatu bagian menuju simpulan  keseluruhan. Dari yang khusus ke yang umum, dari individual ke yang universal. Pola pembelajaran yang menerapkan pola ini dalam proses  pembelajaran  dapat  dianggap  pola induktif.  Dictionary  of  Education mendefinisikan  pola  induktif sebagai  pola  pembelajaran   yang didasarkan kepada pemberian sejumlah contoh spesifik kepada siswa secara menyukupi untuk memampukan dia (siswa) sampai pada pemahaman  suatu aturan, atau prinsip pasti. 
b. Pola Deduktif
Deduktif, sebagai kebalikan induktif adalah proses  penalaran yang  eranjak  dari umum ke yang khusus atau dari  suatu  premis menunjuk  ke uatu konklusi logis. Kesimpulan-kesimpulan  tentang suatu  kasus  ertentu dapat dideduksi  dari suatu  prinsip  umum yang berlaku bagi emua kasus yang semacam. Dictionary of Education mendefinisikan pola eduktif  sebagai suatu  pola dalam mengajar yang beranjak dari aturan-aturan  atau generalisasi ke  contoh-contoh dan kemudian sampai pada  onklusi-konklusi atau penerapan  dari generalisasi-generalisasi.
 PERBEDAAN ISTILAH PEMBELAJARAN DENGAN ISTILAH LAIN
·         Pembelajaran vs pertumbuhan, perkembangan, kematangan
Perubahan yang terjadi dalam pertumbuhan, perkembangan dan kematangan akan terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam secara naluriah.
Proses pembelajaran berlangsung secara efektif apabila ada persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan. Dan sebaliknya, proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung dengan baik apabila disertai dengan pembelajaran.
·         Pembelajaran vs menghafal
Perubahan yang terjadi dalam menghafal hanya terbatas dalam penyimpanan dan pengeluaran informasi dalam kesadaran (otak), hanya mencakup satu aspek saja dari perilaku kognitif, dan belum mencakup perilaku lainnya. Orang yang hafal tentang sesuatu belum tentu memahaminya atau cakap melakukannya.
      Pembelajaran mencakup perubahan secara keseluruhan. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila disertai dengan aktivitas menghafal.
·         Pembelajaran vs latihan
Aspek perilaku yang berubah karena latihan adalah perubahan dalam bentuk skil atau ketrampilan. Pembelajaran akan lebih berhasil apabila disertai dengan latihan-latihan yang teratur dan terarah.
·         Pembelajaran vs studi
Dalam aktivitas studi, perubahan perilaku yang terjadi adalah aspek pengetahuan (knowledge), dan pemahaman (understanding). Jadi aktivitas studi merupakan sebagian dari aktivitas pembelajaran secara keseluruhan. Aktivitas studi merupakan dasar dalam aktivitas pembelajaran secara keseluruhan.
·         Pembelajaran vs berpikir
Berpikir adalah merupakan suatu proses kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi. Dalam berpikir, individu akan menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara efektif, seseorang harus menguasai sejumlah informasi (fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dsb), untuk dijadikan dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Informasi yang dimiliki seseorang diperoleh melalui proses pembelajaran. Ini berarti bahwa terdapat keterkaitan antara proses berpikir dengan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif (terutama pembelajaran pemecahan masalah) sangat memerlukan ketrampilan berpikir. Dan untuk berpikir diperlukan hasil-hasil pembelajaran. Berpikir itu sendiri sebenarnya merupakan proses pembelajaran. Orang tidak mungkin berpikir tanpa belajar, dan tidak mungkin belajar tanpa berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar