PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pembelajaran
Belajar
adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu yang dipelajari. Sedangkan
mengajar sendiri memiliki pengertian :
1. Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan
atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)
2. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses
belajar. (Hasibuan J.J,1992)
3. Suatu
usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan
tingkah laku. (Gagne)
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan
evaluasi (Knirk & Gustafson dalam Sagala, 2005). Dalam hal ini pembelajaran
tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan
pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005).
Pembelajaran (pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng dalam
Uno, 2006).
Dalam
pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu
pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami
barbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan
adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang
pembelajaran yang efektif dikelas (Bruner dalam Sagala, 2005)
Proses pembelajaran aktivitasnya
dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu
interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan
untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional
atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegaitan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan
kegiatan integralistik antara pendidikan dengan peserta didik. Kegiatan
pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan
kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peseta didik.
Dalam
proses, pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan
kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Secara
implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Dalam
hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan
(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu pembelajaran
memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” bukan pada “apa yang
dipelajari siswa”.
Pembelajaran
yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar
rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. (Wikipedia.com)
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta
didik.
Instruction
atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
(UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S.
Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
melibatkan beberapa komponen : 1). Siswa; 2) Guru; 3) Tujuan;
4) Isi Pelajaran; 5) Metode; 6) Media; dan 7) Evaluasi
B. Teori-Teori Pembelajaran
1.
Berhavioristik
Pembelajaran
selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti
yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru
menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya
diperoleh hasil.
2.
Kognitivisme
Pembelajaran
adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan
pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat
Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya
menggunakan banyak metode.
3.
Humanistic
Dalam
pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan
sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh
(perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh
hasil.
4.
Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses
pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal
pasti empat unsure utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau
pemodelan, iaitu pemerhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi
(reproduction), dan penangguhan (reinforcement) motivasi (motivion). Implikasi
daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai
melalui beberapa cara yang berikut:
- Penyampaian harus interktif dan menarik
- Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
- Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.
C.
Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada
enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
1)
siswa
menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2)
guru
menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3)
aktivitas-aktivitas
siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4)
guru
secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
menganalisis informasi,
5) orientasi
pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir,
serta
6)
guru
menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur
dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
1) Motivasi
belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai
serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia
akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi
motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat
dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
2) Bahan
belajar
Yakni segala informasi yang berupa
fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat
merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk
memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
3) Alat
Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber
(guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan
melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu
ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran
disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan
siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan
sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
4) Suasana
belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas
atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a) Adanya
komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan
hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat
berbuat bersama.
b)
Adanya kegairahan dan kegembiraan
belajar. Hal ini dapat
terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik
siswa.
Kegairahan dan
kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran
yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern
siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan
lain sebagainya.
Kondisi siswa yang
belajar
Mengenai
kondisi siswa, dapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
·
Siswa
memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya
berbeda.
·
Kesamaan
siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang
perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi
oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar
diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa,
bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor,
motivator, dan pembimbing
D. Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan bentuk
kegiatan pembelajaran yang digunakan, dapat dibedakan tiga pola dasar
pembelajaran, (1) pola presentasi, (2) pola interaksi, dan (3) pola pembelajaran
mandiri (Depdikbud-Dikti,1980:45-46).
1. Pola Presentasi
Pola presentasi
dapat diaktualisasikan
melalui penggunaan metode
ceramah, penggunaan teks yang mengharuskan siswa membaca, penggunaan
transfaransi, multi media, dan opaqeu proyektor. Inti dari pola presentasi adalah siswa
bertindak selaku reseptor atas
sejumlah informasi yang
disajikan guru baik langsung
maupun melalui perantaraan media.
2. Pola Studi Independen
Pola
kegiatan pembelajaran individual menuntut siswa
belajar secara individual dengan membaca text, pemecahan problem,
membuat laporan tertulis/paper, menggunakan perpustakaan, kerja di laboratorium, dan sebagainya.
3. Pola Interaksi
Pola kegiatan belajar melalui interaksi guru siswa
dan atau siswa-siswa, secara positip
melalui diskusi, tanya jawab, seminar dari
hasil suatu proyek individual atau laporan-laporan ilmiah, dan sebagainya. Variasi Pola
pengaturan Pembelajaran Pola pengaturan pembelajaran dapat dikenakan pada
unsur-unsur tertentu dari variabel-variabel yang membentuk perwujudan proses
pembelajaran. Pola pengaturan
pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Pola Pengaturan Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan Jenis klasifikasi ini dapat ditemukan
beberapa macam pola pembelajaran
berikut
a.
Pola Pembelajaran dengan
Seorang Guru.
Pola
kegiatan pembelajaran dalam klasifikasi ini ditandai oleh kegiatan dimana
proses belajar-mengajar dipimpim hanya oleh
seorang guru. Dalam mana guru
bertindak sebagai fasilitator,
motivator, manajer dan evaluator
kegiatan pembelajaran. Semua tindakan
mengajar menjadi tanggung jawabnya
secara penuh. Mulai dari perencanaan pelaksanaan hingga penilaian dilaksanakan oleh
seorang guru. Dalam bentuknya
yang ekstrim, guru merupakan
satu-satunya, pemegang tunggal suatu kelas tertentu, yang
sering dikenal dengan istilah
guru kelas. Sedangkan dalam
bentuknya yang lebih longgar, guru mempunyai tanggung jawab bidang studi tertentu saja, sesuai dengan bidang
keahkliannya.
b. Pembelajaran Melalui Team
Pola pembelajaran dalam
kategori ini, pembelajaran untuk suatu topik tertentu dilaksanakan oleh
sejumlah guru. Pelaksanaan
terdapat variasi teknik. Guru
dalam suatu team merupakan team
yang utuh dalam arti pertemuan
pembelajaran tertentu, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian untuk suatu topik
pembelajaran, digarap bersama oleh team yang bersangkutan. Sedangkan dalam
variasi lain setiap anggota
dari team tersebut mempunyai tugas
dan peranan masing-masing. Terdapat
pembagian tanggung jawab tertentu. Setiap anggota team melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawab yang
dibebankan padanya.
2. Pola Pengaturan Siswa dalam Proses Belajar.
a.
Pola Pembelajaran klasikal
Pola
kegiatan pembelajaran klasikal merupakan suatu
pembelajaran yang diperuntukkan
kepada sejumlah anak dalam satu kelas tertentu. pembelajaran ini berangkat
dari kesamaan-kesamaan yang dimiliki
oleh anak. Dengan demikian pembelajaran ini mengabaikan bentuk perbedaan individual anak. Dalam suatu
kelas yang sama guru memperlakukan anak secara sama
untuk materi yang sama dalam waktu yang sama pula. Guru menghendaki pencapaian
tujuan secara sama pula, sehingga
pembelajaran meningkat untuk anak-anak secara bersamaan.
b. Pola Pembelajaran Kelompok Kecil (5--7 anak)
Berbeda dengan pola klasikal, dalam pola kegiatan
ini pembelajaran diperlakukan untuk sejumlah anak dalam kelompok
kecil. Suatu kelas yang besar dapat dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil (5-7 anak) untuk menyelesaikan suatu tugas
kontrol terhadap individual lebih baik, dibanding dengan bentuk
klasikal. Tugas-tugas dapat diselesaikan
secara komplementer, dapat juga seluruh
kelompok mempunya tanggung jawab tugas yang sama.
c. Pola Pembelajaran Individual atau Perorangan
Secara mandiri siswa menyelesaikan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya oleh guru. Di sini siswa bekerja sendiri misalnya dengan membaca buku, memecahkan
masalah, menyusun laporan
mengadakan eksperimen menggunakan
laboratorium, ke perpustakaan dan sebagainya. Kontrol guru terhadap
kemajuan siswa secara individual sangat efektif.
3.
Pola Pengaturan Hubungan Guru - Siswa
Dilihat
dari segi hubungan guru- murid, dapat dilihat beberapa bentuk pola kegiatan
mengajar.
a. Pola Kegiatan Pembelajaran Tatap muka
Kegiatan pembelajaran dalam pola ini terjadi secara face
to face, antara guru dengan murid. Guru mengikuti belajar
siswa. Guruberceramah, tanya jawab atau menstimulasi dengan tugas-tugas
kepada siswa. Berbagai kesulitan siswa, guru
dapat memonitor dengan segera. Guru sebagai partner dalam kegiatan belajar bagi siswa dan sekaligus sebagai sumber
belajar.
b. Pola Kegiatan
Pembelajaran dengan Perantaraan Media
Penemuan-penemuan
pembaharuan dibidang teknologi
pembelajaran, tidak menafikan
kemungkinan kegiatan pembelajaran tanpa kehadiran guru secara tatap muka. Guru
harus hadir di tengah-tengah kegiatan
siswa hanyalah alternatif. Kegiatan belajar siswa dapat terjadi hanya dengan
media-media yang dimanfaatkan guru. Segala instruksi
kegiatan belajar didesain melalui media cetak atau yang lain,
sehingga kegiatan belajar siswa tinggal mengikutinya, melalui paket belajar
dengan pola kegiatan
individual, siswa tidak
mendapatkan kontrol langsung dari guru pada saat proses belajar terjadi.
Buku modul telah diberikan berbagai petunjuk kerja serta
peralatan yang harus dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran.
Bahkan sampai pada suatu waktu yang harus digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas telah didesain dalam buku modul tersebut.
Teaching
machine dapat dengan cepat
memberikan umpan balik, apabila siswa
salah dalam menyelesaikan tugas.
Keterangan diatas menggambarkan
bentuk pembelajaran di mana guru tidak ikut terlibat di
dalam kegiatan langsung dengan proses belajar siswa.
4. Struktur Peristiwa Pembelajaran
a.Pola
Struktur terbuka
Luasnya struktur peristiwa pembelajaran
sebenarnya bersifat kontinum mencakup dari terbuka sama sekali sampai yang tertutup sama sekali. Broudy, Smith
dan Burnes dalam
Depdikbud-Dikti (1980:60), menyebutkan pola terbuka adalah pola tanpa
struktur dan membutuhkan cara berpikir adventurous karena guru sedikit sekali
memberikan informasi sebagai tuntunan, dan siswa
menentukan caranya sendiri
untuk memperoleh
pengetahuan. Pola ini
kadang-kadang disejajarkan dengan pola yang berkadar penyuluhan
minimal. Dalam hal ini seorang gurudapat
mengajukan problem untuk diselesaikan
siswa tanpa bimbingan guru lebih lanjut.
b. Pola Struktur
Tertutup
Kebalikan dari pola terbuka, adalah pola tertutup
sama sekali. Pola yang sama sekali tertutup
menunjukkan suatu respons yang implisit di dalam situasi itu sendiri.
Struktur peristiwa-peristiwa
pembelajaran demikian dapat bersifat ketat dalam arti segala sesuatunya telah
ditentukan oleh guru. Dilihat dari kadar
penyuluhannya, dapat bersifat
maksimal. Guru telah memberikan
tuntunannya pada setiap tingkah laku yang diperbuat siswa.
Kenyataan bahwa bila berbicara mengenai
suatu kontinum ini berarti
diantara pola yang terbuka
sampai pola tertutup
sama sekali, terdapat variasi pola yang sejajar dengan garis
lurus suatu kontinum tersebut.
5.
Pola Peranan Guru dalam Pengelolaan Pesan
Kalau Broudy, Smith
dan Burnes berbicara kontinum tentang terbuka sampai
tertutup, Jerom S. Bruner
membedakan kontinum antar
mengajar ekspositori dan heuristik atau hipotetik.
a.
Pola ekspositori
Melalui
pola ini pengetahuan yang diperuntukkan dalam
proses pembelajaran telah dipersiapkan secara tuntas oleh guru, sedangkan
siswa tinggal menerimanya. Dalam pola
ekspositori, guru adalah melulu
seorang pencerita atau ekspositor,
sedang siswa seorang pendengar
yang terikat bangku atau penerimaan
dengan positif. Ekspositor adalah suatu penguraian dan
dapat berupa bahan tertulis atau
presentasi verbal. Dalam pembelajaran ekspositori kadang-kadang disebut pembelajaran
deduktif, siwa adalah penerima dari bagian ilmu pengetahuan
melalui presentasi ekspositori guru.
b. Pola Heuristik atau Hipotetik
Pola pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah
sendiri bagian pengetahuan (pesan)
untuk dimiliki sendiri
dinamakan heuristik atau
hipotetik. Dalam pola hipotetik, guru
dan siswa berada dalam hubungan yang kooperatif, siswa memainkan
peranan yang aktif di dalamproses
memperoleh informasi, rumusan hipotesis-hipotesis dan
mengevaluasi informasi itu.
Dengan heuristik, guru pertama-tama
mengarahkan perhatian siswa
kepada beberapa data yang terpilih, sedang siswa membuat
suatu kesimpulan dari data
tersebut. Di dalam heuristik, guru
tidak menginformasikan
pengetahuan, melainkan menuntun atau
mengarahkan saja sehingga siswa menemukan sendiri. Dalam pola heuristik
terdapat sub-pola yaitu dicavery dan
inquiry. Perbedaan yang jelas antara discovery dan inquiry
adalah terletak pada belajar yang
disiapkan dan belajar dengan
kebebasan. Dalam discavery,
guru mempersiapkan situasi belajar
itu sehingga kepada siswa disuguhkan
kondisi belajar yang dapat menyadarkan siswa dengan
sepenuhnya.
Dalam hal ini discovery menggunakan
prosedur terkontrol agar
tercapai hasil-hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pola inquiry berbeda secara kontinum dengan pola
diskoveri. Pola Inkuiri, proses belajar terbuka secara lebar,
siswa sendiri mengontrol proses
dari pengumpulan data, analisa dan eksprimentasi. Siswa bebas mengatur belajarnya sendiri. Siswa
mendapatkan bagian pengetahuan bebas dari campur tangan guru.
6. Pola Pengorganisasian Pesan
a.
Pola Induktif
Dalam
arti yang paling murni, Induktif adalah proses penalaran yang beranjak dari suatu bagian menuju
simpulan keseluruhan. Dari yang khusus ke yang umum, dari individual ke yang
universal. Pola pembelajaran yang menerapkan pola ini dalam proses pembelajaran
dapat dianggap pola induktif. Dictionary
of Education mendefinisikan pola
induktif sebagai pola pembelajaran
yang didasarkan kepada pemberian sejumlah contoh spesifik kepada siswa
secara menyukupi untuk memampukan dia (siswa) sampai pada pemahaman suatu aturan, atau prinsip pasti.
b. Pola Deduktif
Deduktif, sebagai kebalikan induktif adalah proses penalaran yang eranjak
dari umum ke yang khusus atau dari
suatu premis menunjuk ke uatu konklusi logis.
Kesimpulan-kesimpulan tentang suatu kasus
ertentu dapat dideduksi dari
suatu prinsip umum yang berlaku bagi emua kasus yang
semacam. Dictionary of Education mendefinisikan pola eduktif sebagai suatu
pola dalam mengajar yang beranjak dari aturan-aturan atau generalisasi ke contoh-contoh dan kemudian sampai pada onklusi-konklusi atau penerapan dari generalisasi-generalisasi.
PERBEDAAN
ISTILAH PEMBELAJARAN DENGAN ISTILAH LAIN
·
Pembelajaran
vs pertumbuhan, perkembangan, kematangan
Perubahan
yang terjadi dalam pertumbuhan, perkembangan dan kematangan akan terjadi dengan
sendirinya karena dorongan dari dalam secara naluriah.
Proses
pembelajaran berlangsung secara efektif apabila ada persesuaian dengan proses
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan. Dan sebaliknya, proses pertumbuhan dan perkembangan akan
berlangsung dengan baik apabila disertai dengan pembelajaran.
·
Pembelajaran
vs menghafal
Perubahan yang terjadi dalam menghafal
hanya terbatas dalam penyimpanan dan pengeluaran informasi dalam kesadaran
(otak), hanya mencakup satu aspek saja dari perilaku kognitif, dan belum
mencakup perilaku lainnya. Orang yang hafal tentang sesuatu belum tentu
memahaminya atau cakap melakukannya.
Pembelajaran mencakup perubahan secara
keseluruhan. Proses pembelajaran
akan berlangsung dengan efektif apabila disertai dengan aktivitas menghafal.
·
Pembelajaran
vs latihan
Aspek perilaku yang berubah karena
latihan adalah perubahan dalam bentuk skil atau ketrampilan. Pembelajaran akan
lebih berhasil apabila disertai dengan latihan-latihan yang teratur dan
terarah.
·
Pembelajaran
vs studi
Dalam aktivitas studi, perubahan
perilaku yang terjadi adalah aspek pengetahuan (knowledge), dan pemahaman
(understanding). Jadi aktivitas
studi merupakan sebagian dari aktivitas pembelajaran secara keseluruhan. Aktivitas
studi merupakan dasar dalam aktivitas pembelajaran secara keseluruhan.
·
Pembelajaran
vs berpikir
Berpikir adalah merupakan suatu proses
kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi. Dalam berpikir, individu akan
menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara efektif, seseorang harus menguasai
sejumlah informasi (fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dsb), untuk
dijadikan dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Informasi yang
dimiliki seseorang diperoleh melalui proses pembelajaran. Ini berarti bahwa
terdapat keterkaitan antara proses berpikir dengan pembelajaran. Pembelajaran
yang efektif (terutama pembelajaran pemecahan masalah) sangat memerlukan
ketrampilan berpikir. Dan untuk berpikir diperlukan hasil-hasil pembelajaran.
Berpikir itu sendiri sebenarnya merupakan proses pembelajaran. Orang tidak mungkin berpikir tanpa belajar, dan tidak
mungkin belajar tanpa berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar